Rabu, 02 Februari 2011

BUDIDAYA IKAN NILA MERAH

BUDIDAYA NILA MERAH


Nila merah (Oreochromis sp.) terasa sangat asing. Namanya jarang terdengar. Orang lebih banyak menyebut nila hitam, karena nila hitam lebih memasyarakat. Meski tidak sepopuler nila hitam, teatpi bukan berate nila merah tergolong ikan baru. Kehadirannya di Indonesia sudah ckup lama, yaitu sekitar dua puluh tahun yang lalu ketikan pertama kali didatangkan. Nila merah yang ada di Indonesia berasal dari dua negara, yaitu Filipina dan Thailand.
Pada awalnya, kehadiran nila merah disambut baik oleh masyarakat. Karena selain mudah berkemabangbiak juga bentuk tubuh dan warnanya mirip dengan kakap merah. Bahkan sebagian besar pembudidaya berharap, nila merah dapat mengganti kedudukan kakap merah yang harganya tergolong mahal. Harapan itu menjadikan nila merah menjadi salah satu komoditas unggulan. Namun karena harapan itu tidak terwujud, pamor nila merah mulai turun, apalagi setelah hadirnya nila GIFT, nila merah seperti tenggelam ditelan bumi.
Meski nila merah tidak sepopuler seperti nila hitam, tetapi bukan berarti ikan nila merah tidak memiliki prospek. Prospeknya tetap menjanjikan. Karena para maniak ikan atau konsumennya tetap memintanya. Bahkan mereka berani membeli dengan harga dua kali lipat dari harga ikan nila hitam. Inilah peluang yang sangat menjanjikan untuk dijadikan sebagai lahan usaha, karena berusaha dalam nila merah tidak banyak saingannya. Seperti permintaan yang masuk ke Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi akhir-akhir ini.
Budidaya ikan nila merah tidak sulit, mulai dari tahap pembenihan maupun pada tahap pembesaran. Seperti halnya nila hitam, nila merah mudah sekali berkembang biak. Nila merah dapat memijah secara alami, baik di kolam tanah, bak-bak semen dan jaring terapung. Teknik pemijahannya sangat praktis, tinggal memasukan jantan dan betina, induk nila merah dapat memijah dengan mudah, dan benih-benihnya dapat dipanen dalam waktu yang singkat.
Pembesaran nila merah juga sangat mudah. Kegiatannya bisa dilakukan di kolam tanah, jaring terapug dan juga kolam air deras. Pada pembesaran di kolam dapat dilakukan secara monokultur maupun secara polikultur dengan ikan lainnya. Pada pembesaran dijaring terapung dapat dilakukan pada lapis kedua, dimana ikan nila merah tidak perlu diberi pakan tambahan, sehingga keungtungannya bisa berlipat. Sedangkan teknik pembesaran di kolam deras sama dengan teknik pembesaran ikan mas.
PEMBESARAN DITAMBAK
Usaha pembesaran ikan nila di tambak dengan sistem monokultur, mempunyai sasaran produksi untuk pasar domestik maupun ekspor.
Untuk pembesaran nila di tambak, yang pertama dilakukan adalah tambak diperbaiki pematangnya, saluran air dan pintu-pintu airnya. Lumpur dasar tambak diangkat, selanjutnya tambak dikeringkan, sehingga semua hama ikan yang suka mengganggu bisa musnah. Pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 250g/m2. Kemudian tambak diisi air sampai ketinggian 70cm, setelah 3hari dilakukan pemupukan dengan urea dan TSP dengan takaran 2,5g/m2 dan 1,25g/m2
Benih yang ditebar sebaiknya berukuran + 1,25 g ( panjang 3-5 cm ) dengan ukuran yang seragam dan sehat ditandai dengan warna cerah, gerakan yang gesit dan responsif terhadap pakan. Untuk target panen ukuran rata-rata 15 g/ekor (+ 1 bulan ), padat penebaran sebanyak 20 ekor/m2. Sedangkan untuk terget panen ukuran 500 g/ekor (+ 5bulan pemeliharaan), padat penebaran sebanyak 10 ekor/m2
Selama masa pemeliharaan ini ikan diberi pakan tambahan berbentuk pelet sebanyak 10%-20% per hari dari biomassa, dan diberikan dengan frekuensi tiga kali sehari, pakan tersebut harus berkualitas dengan komposisi protein minimal 25%.
Pada awal pemeliharaan, ketinggian air dipertahankan minimal 70 cm, dan bila masa pemeliharaan telah telah mencapai dua bulan ketinggian air dinaikan, sehingga menjelang pemeliharaan empat bulan ketinggian diusahakan mencapai 1,5 m.
Pemupukan ulang dengan pupuk kandang dilakukan dua bulan sekali dengan takaran 250 g/m2, sedangkan pemupukan ulang urea dan TSP dilakukan setiap minggu dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 selama masa pemeliharaan.
Dengan target produksi ukuran 500 g atau lebih per ekor terutama diperlukan untuk produksi fillet, maka masa pemeliharaan adalah sekitar 5 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara disusur dari ujung menggunakan jaring seser. Bila dirasakan populasi ikan dalam tambak sudah tinggal sedikit, baru air tambak dikeringkan. Diusahakan ikan hasil tangkapan harus dalam keadaan segar dan prima. Selain itu, untuk pasar ekspor komoditas nila ini diperlukan penanganan yang lebih hati-hati terutama sekali dari aspek higienis dan penampilan produk.
Untuk keperluan konsumsi lokal umumnya ikan dengan ukuran rata-rata 200 g/m2 sudah dapat dipasarkan dalam keadaan segar. Dalam proses penyimpanan, pengankutan dan pemasaran dapat menggunakan es sebagai media untuk mempertahankan kesegaran ikan.

1 komentar: